A. Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan yang sekarang kita
nikmati bukanlah sesuatu yang datangsecara gratis dan tiba-tiba dari langit. Kemerdekaan kita rebut dari genggaman tangan
panjajah dengan perjuangan berat selama ratusan tahun. Momentum itu datang saat
jepang mulai menderita kekalahan dalam Perang Asia Timur Raya.
1. Alasan Pembentukan BPUPKI
Ø Pertengahan
Tahun 1944 Jepang mengalami masa krisis, karena kekalahan demi kekalahan pada
masa Perang Dunia II ( dimulai dengan jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan
Sekutu ).
Ø Tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri
Jepang Koiso mengambil kebijaksanaan dengan memberikan janji kemerdekaan kepada
Indonesia kelak dikemudian hari.
Ø Tanggan 1 Maret 1945 dibentuklah Dokuritsu
Junbi Cosakai atau Badan penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI)
Ø Tujuan
BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan
dengan politik, ekonomi, tata pemerintahan, dan laian-lain yang dibutuhkan
bangsa Indonesia dalam usaha pembentukan negara Indonesia Merdeka
Ø Tanggal 29 April 1945 secara resmi diumumlan anggota-anggota BPUPKI
berjumlah 67 terdiri atas 7 orang Jepang dan 60 orang Indonesia. Dengan ketua
dr. K.R.T. Rajiman Wediodiningrat, dibantu R.P. Soeroso (Indonesia) dan
Icibangase (Jepang).
Ø BPUPKI
berhasil mengadakan dua kali sidang.
Ø Sidang
pertama BPUPKI tanggal 29Mei – 1 Juni agendanya : membicarakan dasar negara Indonesia.
Beberapa orang mengajukan usulan atara lain Mr Muh Yamin dan Ir. Sukarno
Ø Sidang
kedua tanggal 10 -16 Juli 1945, agendanya membicarakan tentang rancangan
undang-undang dasar
Ø Tanggal
7 Agustus 1945 BPUPKI oleh Jendral Terauchi dibubarkan diganti dengan sebuah badan yang disebut
Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
yang berfungsi melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu
yang diperlukan untuk mengadakan pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada
Indonesia.
2. Kronologi Penyusunan Dasar
Dan Konstitusi Negara
a. Proses Penyusunan Dasar Negara Indonesia.
Dimulai ketika BPUPKI melakukan
sidang yang pertama.
Tanggal 29
Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan lima asas dasar negara Indonesia, yaitu :
1)
Peri kebangsaan
2)
Peri Kemanusiaan
3)
Peri Ketuhanan
4)
Peri Kerakyatan
5)
Kesejahteraan Rakyat.
Setelah
berpidato Mr. Muh. Yamin menyerahkan rancangan sementara undang-undang dasar
Republik Indonesia. Didalam pembukaan rancangan undang-undang dasar Republik Indonesia
tersebut terdapat lima asas dasar negara, berbunyi :
1)
Ketuhanan Yang Maha Esa
2)
Kebangsaan Persatuan Indonesia
3)
Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5)
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tanggal 31 Mei
1945 Prof. Dr. Soepomo mengusulkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dasar
filsafat negara Indonesia. Usulan-usulannya sbb :
1)
Pendirian Negara Nasional yang bersatu dalam
arti totaliter, yaitu negara yang tidak akan mempersatukan diri dengan golongan
terbesar, akan tetapi yang mengatasi semua golongan.Sedangkan, urusan agama
diserahkan kepada golongan-golongan yang bersangkutan.
2)
Para warga negara dianjurkan untuk takluk kepada
Tuhan
3)
Harus dibentuk sistem permusyawaratan
4)
Perekonomian seharusnya bersifat kekeluargaan
5)
Mengenai hubungan antarbangsa, sebaiknyaa
Indonesia menjadi anggota negara Asia Timur Raya
Tanggal 1
Juni 1945, Ir Soekarno menyampaikan usulan secara lisan tanpa teks tentang
dasar negara. Pada intinya berisi lima prinsip dasar negara, yaitu :
1)
Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2)
Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
3)
Mufakat (Demokrasi)
4)
Kesejahteraan Sosial
5)
Ketuhanan yang berkebudayaan (Ketuhanan Yang
Maha Esa)
Ir Soekarno
mengusulkan untuk memberi nama atau istilah “Pancasila” pada lima asas dasar negara. Nama itu berasal dari seorang ahli bahasa yang
tidak disebutkan namanya. Menurut Ir. Soekarno, Pancasila dapat diperas menjadi
“Trisila”, yaitu terdiri atas Socio nasionalisme, Socio democatie, dan Ketuhanan. Trisil dapat diperas menjadi Eka
Sila, yang intinya “Gotong Royong”
Istilah
Pancasila yang dilontarkan Ir Soekarno akhirnya menjadi populer di masyarakat
sebagai nama dari dasar negara Indonesia. Lebih-lebih pada tahun 1945, pidato
tersebut diterbitkan dengan judul “Lahirnya Pancasila”.
Sesudah pidato
Ir. Soekarno sidang pertama BPUPKI berakhir. BPUPKI membentuk panitia kecil
yang terdiri atas sembilan orang. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Sembilan. Mereka terdiri : Ir.
Seokarno (ketua), Mr. Muh. Yamin, Drs. Muh Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A.
Maramis, Abdulkahar Muzakir, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno
Tjokrosujono.
Tanggal 22
Juni 1945, mengadakan pertemuan untuk membahas usul-usul tentang dasar negara
yang telah dikemukakan pada sidang BPUPKI pertama.
Hasil kerja
Panitia Sembilan dikenal dengan Piagam Jakarta, yang salah satu isinya adalah
perumusan dasar negara, yaitu :
1)
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3)
Persatuan Indonesia
4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tanggal 10
Juli 1945 memasuki sidang BPUPKI yang kedua, Ir. Soekarno melaporkan hasilnya
kepada sidang. Ternyata, peserta sidang menyetujui dasar negara yang terdapat
dalam Piagam Jakarta tersebut. Setelah sidang keduanya BPUPKI dibubarkan dan
diganti dengan PPKI.
Pada waktu
PPKI bersidang untuk pertama kalinya dibahas beberapa perubahan dari naskah
hasil kerja Panitia Sembilan sebelum dilakukan pengesahan. Salah satu
perubahannya tentang dasar negara, terutama pada sila pertama, karena bagi
beberapa peserta sidang sila itu masih menjadi perdebatan. Akhirnya sila
tersebut mengalami perubahan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Semua peserta
sidang sepakat dengan perubahan tersebut. Mukadimah Piagam Jakarta disahkan
menjadi Pembukaan UUD 1945. Dengan begitu dasar negara Indonesia yang
keberadaanya tercantum dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945, tentunya sudah
disahkan pada saat itu juga.
b. Proses Penyusunan Konstitusi Indonesia.
Dimulai saat
Mr. Muh Yamin setelah memberikan usulan tentang dasar negara juga menyerahkan
baskah rancangan sementara undang-undang dasar Republik Indonesia pada saat
sidang petama BPUPKI
Rancangan pembukaan tersebut
dibicarakan lagi oleh Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945.
Hasil kerja
Panitia sembilan yang berupa Piagam Jakarta disosialisasikan kepada anggota
BPUPKI pada sidangnya yang kedua tanggal 10 Juli 1945. Para peserta sidang
secara bulat menyetujui apa yang terdapat dalam Piagam Jakarta.
Sidang
memutuskan banyak hal. Namun yang berkenaan dengan konsitusi selain keputusan
di atas adalah pembentukan tiga panitia. Salah satu dari ketiga panitia itu bertugas
untuk merancang undang-undang dasar. Panitia ini diketuai oleh Ir. Soekarno.
Tanggal 14
Juli 1945 panitia perancang undang-undang dasar melaporkan hasil kerjanya
dihadapan peserta sidang. Mereka mengusulkan susunan undang-undang dasar yang
terdiri atas tiga bagian, Bagian pertamanya berisi pernyataan Indonesia merdeka
yang sekaligus berupa dakwaan di hadapan dunia atas penjajahan Belanda.
Beberapa perubahan Piagam Jakarta
sebelum disahkan menjadi undang-undang dasar
No.
|
Piagam
Jakarta
|
Pembukaan
UUD 1945
|
1
2
3
|
Kata “Mukadimah”
....dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia.....
Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
|
“Pembukaan”
....dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia ......
....kemanusiaan yang adil dan beradab.
|
Perubahan-perubahan yang terdapat dalam pasal-pasalnya.
No.
|
Piagam
Jakarta
|
Pembukaan
UUD 1945
|
1
2
3
4
|
Istilah Hukum Dasar
Dalam rancangan dua orang wakil presiden
Presiden harus orang Indonesia asli yang beragama islam
Dalam rancangan disebutkan selama pegang pimpinan perang dipegang
oleh Jepang dengan persetujuan pemerintah Indonesia
|
Undang-Undang Dasar
Seorang wakil presiden
Presiden harus seorang Indonesia asli
Dihapuskan
|
Mengapa kata Hukum Dasar diganti
Undang-Undang Dasar ?
Menurut Mr.
Soepomo dalam rapat 15 Juli 1945, kata hukum dalam bahasa Belanda berarti
recht. Recht dapat berarti segala hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.
Sedangkan undang-undang adalah justru hukum yang tertulis. Oleh karena itu,
menurutnya pemakaian hukum dasar dalam Piagam jakarta tidak tepat.
Setelah adanya
perubahan-perubahan, Piagam Jakarta sebagai rancangan undang-undang dasar
disahkan sebagai undang-undang dasar negara. Kini, undang-undang tersebut kita
kenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 terdiri
atas dua bagian yaitu bagian “Pembuaan” dan bagian “Batang Tubuh UUD”
Isi batang tubuh Undang-Undang
Dasar 1945 berisi 37 pasal, 1 Aturan Peralihan terdiri 4 pasal, dan 1 Aturan
tambahan terdiri atas 2 ayat. Dalam perkembangannya ini, mengalami beberapa
kali perubahan (diamandemen). Amandemen terbaru ditetapkan pada tahun 2002.
3. Peran Penting PPKI bagi
Kemerdekaan.
a. Sidang I PPKI
Tanggal 18 Agustus
1945, bertempat di Pejambon. Sidang mengagendakan hal-hal :
1)
Pembahasan rancangan pembukaan dan undang-undang
dasar negara Republik Indonesia yang telah disiapkan oleh BPUPKI
2)
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
3)
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia
Pusat sebagai Badan Musyawarah Daerah.
b. Sidang II PPKI
Tanggal 19 Agustus
1945, ditetapkan :
1)
Pembagian wilayah Indonesia ke dalam delapan
propinsi
2)
Pembentukan kementrian dalam dua belas
departemen
c. Sidang III PPKI
Tanggal 20 Agustus 1945. Agenda
yang dibahas tentang Badan Penolong Keluarga Korban Perang. Pada saat itu
dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
d. Sidang IV PPKI
Tanggal 22
Agustus 1945. Sidang membahas tentang pembentukan Komite Nasional Indonesia
Pusat.
A. Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi
dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setelah melalui perjuangan
panjang, akhirnya bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil
meproklamasikan kemerdekaan. Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti
samapai disitu. Bangsa Indonesia harus segera membentuk sebuah negara dan pemerintahan.
1. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kekalahan demi kekalahan yang
diderita tentara Jepang, tidak luput dari perhatian para pejuang kita. Berita
kekalahan Jepang menimbulkan beragam reaksi di kalangan tokoh dan rakyat
Indonesia. Fokus perdebatan adalah bagaimana kemerdekaan harus diraih, “kita
diberi atau kita rebut“.
2. Perdebatan di Sekitar Proklamasi.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore
hari, Sutan Sjahrir membawa kabar berita kekalahan Jepang dalam perang melawan
Sekutu kepada Bung Hatta. Sutan Sjahrir menanyakan bagaimana Indonesia
menyikapi berita tersebut. Inilah awal mula perdebatan kedua kubu.
Golongan muda dikoordinasi oleh
Sutan Sjahrir menghendaki agar pernyataan kemerdekaan Indonesia itu dibacakan
secepatnya. Kelompok ini berpendapat, pernyataan nkemerdekaan itu jangan
melibatkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tetapi diumumkan oleh Ir.
Soekarno sebagai pemimpin rakyat melalui radio. Salah satu alasannya,
kemerdekaan yang diumumkan oleh PPKI akan dianggap sekutu sebagai hadiah
pemberian, dan Indonesia merdeka yang lahir dengan cara semacam itu akan dicap
sebagai buatan Jepang.
tanggal 15 Agustus 1945 Golongan
muda mengadakan rapat di salag satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan
Timur, Jakarta. Hadir atl : Chairul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar,
Subianto, Margono, Aidit, Sunyoto, Abubakar, Eri Sudewo, Wikana dan Armansyah.
Keputusan rapat antara lain :
1)
Menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan pada bangsa dan
negara manapun
2)
semua ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan
3)
Mereka berharap diikutsertakan menyatakan
proklamsi, sehingga mereka memutuskan untuk berunding dengan Bung Karno dan
Bung Hatta
Maka diutuslah Wikana dan darwis untuk menemui Bung Karno di
rumahnya Jl Pegangsaan Timur 56 jakarta, sedang utusan ke rumah Bung Hatta
adalah Subandio Sastrosatomo. kedua utusan tersebut gagal menyakinkan dan
membujuk kedua tokoh itu untuk segera membacakan kemerdekaan bangsa.
Langkah dan tindakan golongan tua
cenderung mengikuti aturan yang sudah ada, tidak terburu-buru, dan telah
dipikirkan masak-masak apa resiko serta konsekuensinya. Saat menerima berita
dari Sjahriri , Hatta tidak menyanggah tetapi juga tidak percaya begitu saja.
Ia menanyakan langsung kepada Gunseikanbu (Pemerintah militer Jepang). Setelah
yakin benar, Hatta mengambil keputusan untuk mengundang PPKI agar bersidang
tanggal 16 Agustus 1945 di kantor Dewan Sanyo di Penjambon 2. Rencana Hatta
ditentang oleh para pemuda seperti Subandio dan Subiarto. Bagi Bung Hatta ,
sama saja kalau pernyataan kemerdekaan itu diucapkan oleh Bung Karno sebagai
pemimpin rakyat atau oleh Bung Karno sebagai ketua PPKI.
Pada dini hari pukul 04.30
tanggal 16 Agustus Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh golongan pemuda untuk
dibawa ke Rangasdengklok. Selama seharianmereka hanya duduk duduk serta tidak
tahu apa yang terjadi., hingga Mr Ahmad Subardjo datang membawa kabar bahwa
para pemimpin itu ditunggu anggota PPKI dan Guisekan. Akhirnya, mereka kembali
ke Jakarta dan tiba pukul 20.00.
Setelah salah perhitungan dan
gagal dalam membaca keadaan, golongan muda harus mengakui pengalaman golongan
tua. Kedua kubu bertemu lagi di rumah Laksamana Maeda, bersama anggota PPKI dan
beberapa tokoh pergerakan kira-kira 50 orang. Lima di antara yang hadir yaitu
Bung Karno, Bung Hatta, Subardjo, Sukarni, dan Sayuti Malik, masuk ke suatu
ruangan untuk menyusun teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya.
Bung Karno mendiktekan, Bung Hatta menulis dan memberi beberapa koreksi.
Setelah selesai Bung karno memimpin rapat untuk menawarkan konsep teks
proklamasi yang baru saja disusun. Perdebatan kecil terjadi tentang siapa yang
harus menandatangi teks bersejarah tersebut. Bung Karno usul semua yang hadir
menandatangai seperti proklamasi Amerika, namaun para pemuka justru menolak.
Sukarni mengusulkan agar tes tersebut ditandatangai oleh Bung Karno dan Bung
Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Inilah pengakuan golongan muda
terhadap golongan tua, yang menandai tercapainya sebuah kesepakatan tentang
proklamasi, setelah perdebatan demi perdebatan mereka jalani. Pda detik-detik
terakhir krisis itu, jiwa besar golongan muda tampil mengemuka untuk mengakui
pengalaman golongan tua. Sebuah sikap keteladanan yang patut dicontoh.
3. Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai
Daerah.
Pada pukul 03.00 dini hari,
tanggal 17 Agustus 1945 atau sesaat setelah rapat di rumah Maeda selesai, Bung
Hatta menghampiri pemuda Burhanuddin Diah (BM Diah) pemuda yang bekerja pada
kantor Berita domei milik
pemerintah Jepang ini, Bung Hatta berpesan ke seluruh dunia.
Dengan motivasi dari Bung Hatta,
pemuda itu segera mengadakan pembagian pekerjaan dengan membentuk beberapa
kelompok. Masing-masing kelompok pemuda mengirimkan kurir untuk memberitahukan
kepada masyarakat bahwa esok pagi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 akan
diadakan proklamasi kemerdekaan.
Tokoh pemuda Sukarni
mengkoordinasi kelompok pemuda yang
bermarkas di Jl Bogor Lama. Malam itu juga Sukarni mengadakan rapat di
Kebayoran untuk mengatur pelaksanaan dan cara penyiaran berita proklamasi.
Antara lain diputuskan : semua media komunikasi yang ada akan dipergunakan
untuk acara itu. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil siap dikerahkan ke
segenap penjuru kota. Sasarannya pengerahan masa agar bisa mendengar lamgsung
pembacaan proklamsi di Pegangsaan Timur 56.
Pagi itu, ketegangan kembali terjadi antara golongan muda dan
golongan tua, bahkan melibatkan bala tentara Jepang. Karena kesalahan
informasi, terjadi konsentrasi masa di Lapangan Ikada ( Ikatan Atletik Jakarta,
sekarang di sudut tenggara Monas). Bala tentara Jepang mengadakan blokade dari
aktivitas pemuda. Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro menemui dr. Muwardi yang
menjadi kepala keamanan Bung Karno. Dung Karno menghendaki pembacaan naskah
proklamasi dilangsungkan di Pegangsaan Timur 56 dan tidak di lapangan Ikada.
Alasannya resiko terlalu besar baik dari segi keamanan maupun politik, karena
konsentrasi massa yang besar bisa menimbulkan salah paham dengan tentara jepang.
rumah Bung karno sendiri telah siap dan
dijaga oleh tentara PETA di bawah pimpinan Cundanco Latief Hendraningrat. Masa
pun berhasil dipindah dari Ikada ke rumah Bung Karno.
Golongan muda mendesak Bung Karno
segera membacakan teks proklamasi yang telah disusun semalam. Namun tanpa
kehadiran Bung Hatta tidak mungkin bagi Bung Karno untuk melakukan sendiri.
Ketegangan mencair setelah 5 menit acara dimulai Bung Hatta datang. Akhirnya
saat yang bersejarah itu pun terjadilah.
Berita tentang proklamsi itu
segera tersebar ke seluruh penjuru Jakarta, bahkan secara estafet di sebarkan
ke berbagai tempat di Indonesia. sesaat setelah proklamasi itu dibacakan, teks
tersebut telah berada di tangan Waiden B Palenewen yang saat itu menjabat
kepala Bagian Radio dari Kantor Domei. Konon ia menerima dari Syahruddin.
Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga kali
berturut-turut. Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang
melarang siaran it. Larangan tidak digubris, bahkan diualang setiap setengah
jam hingga siaran berhenti pukul 16.00.
Ada tiga akibat yang muncul
setelah siaran berita proklamasi itu
1)
Pimpinan tetara pendudukan jepang di Jawa
menyatakan berita itu sebagai kebohongan dan kekeliruan sehingga memerintahkan
untuk meralat. Pemancar radio akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus 1945
dan semua pegawainya dilarang masuk. Segera setelah disegel, mereka dengan
dibantu para teknisi radio seperti
Sukarman, Sutanto, Susilohardjo dan Suhandar, membuat pemancar baru.
Peralatannya dicuri dari Kantor Domei satu demi satu dan dibawa ke rumah Waidan
B Palenewen ke Menteng 31. Akhirnya berdirilah pemancar baru di Menteng 31
dengan kode DJK I. Dari sinilah, berita proklamsi disebarkan ke penjuru tanah
air.
2)
Gunseikanbu memanggil Bung Karno dan Bung Hatta
untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Bahkan, mereka memerintahkan agar
kedua tokoh itu membatalkan proklamasi
yang telah terlanjur dibacakan, namun dengan tegas ditolak Bung Karno dan Bung
Hatta. Gunseikanmemperingatkan agar Indonesia berhati-hati sehingga tidak
merugikan jepang karena urusan-urusan Indonesia akan diserahkan kepada Sekutu.
Akhirnya, antara Gunseikan dengan Bung Karno dan Bung Hatta terjadi kesepakatan
: perebutan kekuasaan tidak dilakukan di Jakarta.
3)
Ada upaya terakhir dari Jepang untuk membatalkan
proklamasi yaitu dengan mendesak PPKI agar bersidang. Agendanya adalah
membicarakan rencana kemerdekaan sebagai hadiah Jepang, sebagaimana pernah
dijanjikan Jepang dahulu.
Reaksi rakyat di berbagai daerah
bermacam-macam, dan heroisme pun membubung tinggi. Apalagi selama pendudukan Jepang
ada kebiasaan rakyat mengadakan rapat raksasa untuk mendengarkan pidato dari
para pemimpinnya. Karena proklamsi kemerdekaan merupakan peristiwa besar bagi
bangsa Indonesia, maka untuk menyambutnya perlu diadakan rapat raksasa. Rencana
disusun oleh komite van Aksi Menteng 31, namun baru tanggal 19 september 1945rapat itu terlaksana. Ribuan rakyat
berkumpul di lapangan Ikada di hadapan tentara Jepang dengan bayonet terhunus.
Untuk mencegah insiden dengan tentara jepang, Bung Karno berpidato singkat agar
rakyat percaya kepada pemerintah Republik Indonesia dan pulang dengan tenang.
Inilah pertemuan pertama presiden dengan rakyat.
Tanggal 20 Agustus 1945 Sri
Sultan Hamengku Buwono IX menyambutnya dengan berkata bahwa “semua orang harus
bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing demi kepentingan
kita bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela kemerdekaan nusa dan
bangsa”. Sri Sultan adalah raja dari keraton yogyakarta, namun dia tidak mau
melepaskan diri dari Indonesia dengan membentuk kerajaan sendiri, meskipun saat
itu sangat memungkinkan.
Kemerdekaan yang barussaja diproklamirkan itu, dieksplotasikan dalam beragam cara. Secara
umum berbagai peristiwa itu atl :
Waktu
|
Peristiwa
|
Tokoh
|
Tempat
|
19 Agustus – 20 Oktober 1945
|
Para pemuda yang terdiri atas Boei
Taishin (Barisan Berani Mati) dan eks Kaigun Heiho merebut gedung-gedung
vital seperti studio radio serta tangsi polisi
|
Dr. Sam Ratulangi, Mr. Andi Zainual
Abidin
|
Makasar, Polombangkeng
|
13 September 1945
|
Perebutan senjata oleh 600 pemuda
terlatih di markas-markas Jepang
|
|
Gorontalo
|
19 September – 1 Oktober 1945
|
a. Perebutan senjata di gudang mesiu
Don Bosco dan perebutan markas pertahanan Jawa Timur, pangkalan Angkatan Laut
Ujung, serta perebutan markas-markas serta pabrik yang tersebar di Jawa
Timur.
b. Insiden bendera di atas Hotel
Yamato yang dipicu oleh tindakan orang-orang Belanda tawanan Jepang yang
memasang bendera di atas hotel itu.
c. Rakyat menyerbu markas kompetai
(kantor gubenur sekarang) yang dianggap lambang kekejaman pemerintah Jepang.
|
Residen Sudirman
|
Surabaya dan sekitarnya
|
26 September – 7 Oktober 1945
|
a. Aksi pemogokan rakyat yang bekerja
di instansi-instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai
Jepang
b. Berdirinya surat kabar Kedaulatan
Rakyat
c. Pemuda BKR dan Pemuda Polisi
Istimewa merebut gudang senjata di tangsi Otsuka Butai
|
|
Yogyakarta
|
8 Oktober – 12 Oktober 1945
|
a. Pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API)
b. Shucokan memanggil para pemuda agar
menghentikan aktivitas dan membubarkan organisme yang telah terbentuk
c. Perebutan dan pengambilan
kantor-kantor pemerintah dan pengibaran bendera Merah Putih
|
|
Aceh
|
14 Oktober 1945
|
a. Sebanyak 400 orang tawanan jepang
diangkut para pemuda dari pabrik gula Cepiring ke Semarang. Sebagian di
antaranya melarikan diri yang menyebabkan pemuda marah
b. Pertempuran lima hari dengan korban
sebanyak 990 orang
|
|
Semarang
|
17 Oktober 1945
|
Pemuda berusaha merebut pangkalan
udara Andir dan pabrik senjata (Sekarang pindah)
|
|
Bandung
|
14 Nopember 1945
|
Para pemuda mendirikan berbagai
organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI), Pemuda Republik Indonesia
(PRI), dan lain-lain, untuk menegakkan RI melalui perundingan dan perebutan
kekuasaan
|
|
Bali
|
Desember 1945
|
Para pemuda berusaha merebut senjata
dari markas-markas tentara Jepang
|
|
Gempe, Sape, Raba, Sumbawa
|
14 Pebruari – 15 Februari 1946
|
Eks anggota KNIL yang bergabung di
dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) membebaskan para tawanan yang pro RI,
lalu menguasai markas-markas NICA.
|
Ch.Ch. Taulu, B.W. Lapian, SD. Wuisan,
dan J Kaseger
|
Teling, Tomohon, Tondano, Manado
|
4. Terbentuknya Negara dan Pemerintah Republik Indonesia
a. Proses Terbentuknya Negara Dan Pemerintah Republik Indonesia
Pada saat mengakiri pidato dalam
rangka pembacaan teks proklamsi tanggal 17 Agustus 1945 itu, Bung Karno berkata
:” Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah
air kita dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara
merdeka, negara republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu
“
Beberapa saat setelah proklamasi,
rakyat bergerak tanpa dikomando untuk menasionalisasi seluruh aset-aset tentara
pendudukan Jepang. Para pemimpin melakukan konsulidasi untuk menata sistem
kenegaraan sistem demokrasi, monarki dan lain-lain.
Sehari setelah proklamasi PPKI
mengadakan sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, meskipun mendapat kritikan
dari golongan muda seperti Sukarni, Chairul Saleh dan Wikana. Sidang dipimpin
langsung oleh Ir. Sukarno.
Tidak lebih dari dua jam, sidang
menyepakati beberapa keputusan terhadap rancangan Pembukaan dan undang-undang
dasar yang telah disiapkan BPUPKI, yaitu :
No
|
Rancangan BPUPKI
|
Pembahasan PPKI
|
1
|
Bab III Pasal 4 Presiden harus
beragama Islam, mengingat sebagian besar rakyat beragama Islam
|
Presiden ialah orang Indonesia asli
|
2
|
Jumlah wakil presiden ditetapkan dua
orang
|
Jumlah wakil presiden ditetapkan satu
orang saja
|
3
|
Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan
|
Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan menurut undang-undang dasar
|
4
|
Negara berdasar atas ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
|
Negara berdasar atas ketuhanan Yang
Maha ESA
|
Dengan beberapa revisi tersebut, rancangan pembukaan dan
undang-undang dasar disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar RI 1945.
PPKI mengadakan pemilihan
presiden dan wakil presiden. Sebelum acara pemilihan, Bung Krno selaku ketua
sidang menguslkan agar pasal 3 dalam aturan peralihan bisa disahkan terlebih
dahulu. Pasal itu antara lain berbunyi : Untuk pertama kali presiden dan wakil
presiden dipilih oleh PPKI. Setelah disepakati, Otto Iskandardinata mengajukan
usul agar pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan, sedangkan calon yang
ia usulkan adalah Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil
presiden Tanpa adanya kesulitan semua peserta sidang secara aklamsi bisa
menerimanya. Demikian setelah menetapkan Mukadimah dan UUD 1945, PPKI
menetapkan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden.
Sebelum menutup sidang PPKI Bung
Karno menunjuk sembilan orang sebagai Panitia Kecil yang harus menyusun rencana
mengenai masalah-masalah yang sangat mendesak seperti pembagian wilayah negara,
kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian. Sidang tanggal 19 Agustus
1945 PPKI berhasil membentuk alat kelengkapan negara dan pemerintah
Keputusan sidang PPKI tanggal 19
Agustus 1945
I. Untuk
sementara waktu daerah negara Indonesia dibagi dalam delapan propinsi yang
masing-masing dikepalai oleh seorang gubenur. Propinsi-propinsi tersebut :
1)
Jawa Barat
2)
Jawa Tengah
3)
Jawa Timur
4)
Sumatra
5)
Borneo (Kalimantan)
6)
Sulawesi
7)
Maluku
8)
Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
II. Daerah propinsi dibagi dalam karesidenan yang
dikepalai oleh seorang residen. Gubenur dan residen dibantu oleh Komite
Nasional daerah.
III. Pemerintah Republik Indonesia akan dibagi dalam dua
belas departemen (kementrian), yaitu :
1)
Departemen Dalam Negeri
2)
Departemen Luar Negeri
3)
Departemen Kehakiman
4)
Departemen Keuangan
5)
Departemen Kesehatan
6)
Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan
7)
Departemen Sosial
8)
Departemen Pertahanan
9)
Departemen Penerangan
10)
Departemen Perhubungan
11)
Departemen Pekerjaan Umum.
12)
Departemen
Kemaknmuran
Mengenai Pertahanan :
1)
PETA di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di
Sumatera dibubarkan
2)
Aktivitas prajurit Heiho dihentikan
3)
Tentara Kebangsaan Indonesia supaya segera
dibentuk oleh presiden.
Setelah menyelewsaikan
persidangan, pada malam harinya presiden dan wakil presiden berdiskusi dengan
beberapa tokoh perjuangan antara lain : Mr. Sartono, Suwiryo, Otto
Iskandadinata, Sukardjo Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo,
Sutardjo Kartohadikusumo, dan dr. Tajuludin untuk membahas keanggotaan Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Hasil pembahasan dibawa ke sidang
PPKI tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang berhasil ditetapkan :
1.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan kepengurusan : Mr. Kasman Singodimedjo (ketua), Sutardjo
Kartohadikusumo (wakil ketua I), Mr. Latuharhary (wakil ketua II), dan Adam
Malik (wakil ketua III), serta
2.
Penetapan Partai Nasional.
Sidang pertama tanggal 29 Agustus 1945 KNIP mengeluarkan
Mosi Rakyat antara lain :
a)
Bangsa Indonesia menuntut pengakuan kemerdekaan
dari seluruh dunia dengan terlaksananya
negara Republik Indonesia sekarang ini, sebagai salah satu syarat bagi
perdamaian internasional
b)
Maklumat tentang kewajiban rakyat Indonesia
untuk serentak mendukung pemerintah negara Republik Indonesia merdeka, dengan mencurahkan
segenap pikiran, tenaga, harta benda, dan jiwa raga bagi keselamatan serta
kemakmuran bangsa Indonesia.
Tanggal 2 September 1945 Presiden
Ir. Soekarno mengumumkan pembentukan kabinet Republik Indonesia pertama. sesua
dengan UUD 1945 maka kabine6t itu dipimpin oleh presiden. Anggota kabinetnya
antara lain : RAA Wiranata Kusumah (Mendagri), Mr. Ahmad Subardjo (Menlu), Mr.
AAMaramis (Menkeu), Prof Mr Dr Soepomo (Menkeh), Ir Surachman Tjokroadisuryo
(Menteri Kemakmuran), Suprijadi (Menteri Keamanan Rakyat), Dr. Buntaran
Martoatmadjo (Menkes), Ki Hajar Dewantoro (Menteri pengajaran), Mr Amir
Syarifuddin (Menpen), Mr. Iwa Kusumasumantri (Mensos), Abikusno Tjokrosujoso
(Men PU dan Menhub ad interim). Selain itu presiden Ir Soekarno juga mengangkat
empat menteri negara yaitu : Wachid Hasjim, Dr. M Amir, Mr. RM Sartono, dan R
Otto Iskandadinata, serta empat pejabat negara lainnya, yaitu : Mr. Dr Kusumah
Atmadja (Ketua MA), Mr Gatot Tarunamihardja (Jaksa Agung), Mr AG Pringgodigdo
(Mensegneg), dan Sukardjo Wirjopranoto (Juru Bicara Negara).
Tanggal 5 Oktober 1945 Ir
Soekarno mengenguarkan makluwat, yang isinya : “ Untuk memperkuat perasaan
keamanan umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat (TKR)“. Semula yang
diangkat sebagai pimpinan tertinggi TKR adalah Supriyadi. Namun tokoh PETA yang
melakukan pemberontakan di Blitar tahun 1944 tidak pernah muncul, maka dalam
rapat komandan-komandan devisi seluruh Indonesia tanggal 12 Nopember 1945 di
Yogyakarta, terpilihlah Sudirman (Kepala Divisi IV yang berkedudukan di
Purwokerto). Maka mulai tanggal 18 Desember 1945 Jenderal Sudirman bertindak
sebagai Panglima Besar TKR, Letnan Jenderal
Urip Sumohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR, dengan 10 Divisi TKR di
Jawa dan 6 Devisi TKR di Sumatra.
b. Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, yaitu
tanggal 18 Agustus 1945 keluarlah dua maklumat penting, yaitu :
1.
Berasal dari presiden dan wakil presiden yang
antara lain berisi permintaan agar rakyat Indonesia dari segenap lapisan
tinggal tentram, tenang, seap sedia, dan memegang teguh kedisiplinan.
2.
Dari Komite Nasional Indonesia yang berisi agar rakyat menjaga nama dan kehormatan
bangsa dengan menjauhkan segala pikiran dan perbuatan yang jahat-jahat dengan
memegang teguh ketentraman umum.
templete amazing
BalasHapus